Jumat, 21 November 2014

INTELLECTUAL MUSLIMAH: saling diam dan berfikir

INTELLECTUAL MUSLIMAH: saling diam dan berfikir:
in the other side..
we are in the funnies..
we never got a massage and calling
dari ini,,aku bisa tau seberapa ragu aku untuk memulai
dari ini aku bisa tau seberapa kuat aku menunggu
dari ini aku bisa yakin bahwa Allah yang Maha tau
dari ini aku bisa sadar seberapa jauh aku menuju mu
namun tetap Allah yang menjadi penentu..
dan dari ini aku bisa mendengar suara hatiku lebih dalam
perenungan..
bangun sampai  menjelang tidur kembali
seakan-akan tema hidupku adalah "KAU"

aku mungkin merindu,
namun aku punya alasan untuk tidak menghubungi ...
 

Jumat, 08 Agustus 2014

SEJARAH DESA CIBEUREUM

Berawal dari desakkan adikku tersayang, pengen dibuatin tugas tentang sejarah tempat tinggalnya, dan begitu juga ada salah satu dari temanku, kayaknya dia pengen tahu banget tentang tempat tinggalku.. (hehe geer), maka timbullah buah pena mengenai sejarah tempat tinggalku tercinta, yaitu "Desa Cibeureum".

Desa Cibeureum adalah sebuah desa yang terletak di kaki Gunung Wayang dan masuk wilayah Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung. Asal mula desa ini dinamakan dengan “Cibeureum” (air merah), karena pada zaman penjajahan Belanda telah terjadi perselisihan antara pihak Belanda dan penduduk setempat. Hal ini ditimbulkan oleh obsesi Belanda untuk bisa menguasai daerah tersebut karena menurut mereka desa Cibeureum bisa memberikan keuntungan yang banyak bagi mereka, diantaranya karena daerah desa cibeureum memiliki lahan yang subur dan luas disertai udara yang sejuk. Maka hal itu dapat mereka manfaatkan untuk dapat mengelola dan mengambil keuntungan dari hasil bumi dan perkebunannya.
Obsesi Belanda tersebut sangat merugikan bagi kaum pribumi, yang mana mereka hanya dipekerjakan tanpa di kasih imbalan. Maka hal tersebut memicu perlawanan dari pihak pribumi dan terjadilah peperangan antara pribumi dan Belanda. Peperangan tersebut terjadi dalam beberapa hari dan menewaskan ratusan prajurit, baik dari pihak pribumi maupun dari pihak Belanda. Di tengah-tengah peperangan, hujan deras pun melanda dan seakan-akan ikut serta dalam peperangan. Dan air hujan pun membawa dan mengalirkan darah para pejuang kita yang menjadi saksi perjuangan mereka sehingga terlihat banyak air berwarna merah dimana-mana. Maka dari situlah daerah tersebut dinamakan dengan “Cibeureum”.
Setelah beberapa tahun lamanya, ditemukan berbagai peninggalan sejarah diantaranya “Tugu Helm Lima” yang terdapat disekitar Hulu Sungai Citarum yang menandakan semangat juang para pejuang terdahulu. Selain itu juga ada “Patilasan Dipatiukur” dan banyak lagi peninggalan-peninggalan sejarah lainnya. Selain peninggalan sejarah, Desa Cibeureum juga memiliki makanan khas yang resepnya turun temurun dari nenek moyang yaitu kue “Ali Agrem”, “Apem”, “Uras”, “Kue Lapis” dan lain-lain.

Desa Cibeureum merupakan pamekaran dari suatu daerah yang bernama Kampung Cirawa Desa Nengkelan Kecamatan Pacet. Dikarenakan populasi penduduk semakin tahun semakin melonjak, maka pada sekitar tahun 70-an dimekarkanlah menjadi dua desa yang terdiri dari:
1.      Desa Sukapura yang diketuai oleh Bapak H. Umar Said, yang dalam beberapa jangka waktu lagi kembali dimekarkan menjadi 3 desa, antara lain Desa Sukapura, Cihawuk dan resmi tinggal.
2.      Desa Cibeureum. Desa ini pun sama mengalami pamekaran kembali karena faktor pelonjakan jumlah penduduk, yaitu menjadi 5 desa, antara lain Desa Cibeureum, Santosa, Tarumajaya, Cikembang dan Neglawangi. Dan kelima desa tersebut membentuk sebuah kecamatan yang dinamakan dengan kecamatan “kertasari” yang di resmikan pada tahun 1982.
Orang yang pertama kali memimpin dan menjabat sebagai kepala desa di Desa Cibeureum adalah Bapak H. Muhammad Thoha. Setelah beliau berhenti memimpin, maka di lanjutkan oleh para penerusnya antara lain Bapak H. Atun, H. Asep Masrio, Didi Supendi, Ma’mur Mulyadi, Evi Nurtaupik Hidayat, dan yang sekarang sedang memimpin adalah bapak Atep Ahmad Syarif Hidayat, S.Pd.I .

Sejarah yang telah ditulis dari awal sampai akhir masih dalam tahap penyusunan. Dan para sesepuh desa Cibeureum sampai sekarang masih berupaya untuk menyusun sebuah buku tentang Sejarah Desa Cibeureum secara terperinci.

Rabu, 06 Agustus 2014

Cinta Sejati

Berbicara tentang cinta, setiap orang pasti mengakui pernah merasakannya. Namun disisi lain, mereka akan memberikan definisi yang berbeda terhadapnya. Ada yang mengatakan cinta itu anugerah dari Yang Maha Kuasa, Cerita indah tentang kita, dan lain sebagainya. Syaikh Abdurrohman Al-akhdory dalam kitabnya mengatakan bahwa yang dinamakan dengan cinta adalah "sesuatu yang mengetuk pintu hati seseorang yang mengakibatkan seseorang akan melakukan pengorbanan dan pengabdian terhadap sesuatu yang dicintainya". Bahkan Imam Ghozali pun berpesan dalam salah satu syairnya "Jika engkau benar-benar mencintai, maka hendaklah taat terhadap yang dicintai". Hal yang dikemukakan para ulama tersebut merupakan pandangan terhadap cinta yang sejati, yakni cinta kita yang berstatus sebagai hamba terhadap Sang Maha Pemberi Cinta. Seyogyanya, cinta yang mengalir dari lubuk hati seutuhnya harus kita serahkan kepada Sang Pemilik Cinta, sebagaimana pesan dari Nabi kita. Namun kita pun tak bisa pungkiri bahwasanya manusia pun dititipkan rasa cinta terhadap sesama, baik terhadap orang tua, keluarga, maupun lawan jenisnya. Karena jika tak ada cinta pada sesama, maka kehidupan di dunia ini tak kan pernah harmonis dan romantis. Lalu, bagaimana seharusnya kita menyikapi "cinta"?

Pada suatu ketika Nabi pernah ditanya oleh para sahabatnya mengenai hal tersebut, dan Nabi pun memberikan solusi bahwasanya cinta terhadap Sang Maha Pencipta dan utusannya harus mendominasi terhadap cinta pada semua makhluq-Nya, dalam artian ketika timbul rasa cinta terhadap orang tua, keluarga, ataupun teman, maka dasarilah cinta tersebut dengan pondasi rasa cinta terhadap Yang menciptakannya, karena pada hakikatnya Dia sedang menitipkan rasa cinta pada hati seorang hambanya. Dari segelintir kata yang tersusun tersebut terdapat sebersit pesan terhadap orang yang sedang di mabuk asmara, bahwasanya kita jangan pernah memenjarakan perasaan dan menimbunnya dalam-dalam. Jika benar terdapat rasa cinta terhadap sesama, aplikasikanlah dengan hal yang positif dan tetap dalam koridor pondasi Cinta Sejati.