Berawal dari desakkan adikku tersayang, pengen dibuatin tugas tentang sejarah tempat tinggalnya, dan begitu juga ada salah satu dari temanku, kayaknya dia pengen tahu banget tentang tempat tinggalku.. (hehe geer), maka timbullah buah pena mengenai sejarah tempat tinggalku tercinta, yaitu "Desa Cibeureum".
Desa Cibeureum adalah sebuah desa yang terletak di kaki Gunung
Wayang dan masuk wilayah Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung. Asal mula desa
ini dinamakan dengan “Cibeureum” (air merah), karena pada zaman penjajahan
Belanda telah terjadi perselisihan antara pihak Belanda dan penduduk setempat.
Hal ini ditimbulkan oleh obsesi Belanda untuk bisa menguasai daerah tersebut
karena menurut mereka desa Cibeureum bisa memberikan keuntungan yang banyak
bagi mereka, diantaranya karena daerah desa cibeureum memiliki lahan yang subur
dan luas disertai udara yang sejuk. Maka hal itu dapat mereka manfaatkan untuk
dapat mengelola dan mengambil keuntungan dari hasil bumi dan perkebunannya.
Obsesi Belanda tersebut sangat merugikan bagi kaum pribumi, yang
mana mereka hanya dipekerjakan tanpa di kasih imbalan. Maka hal tersebut memicu
perlawanan dari pihak pribumi dan terjadilah peperangan antara pribumi dan
Belanda. Peperangan tersebut terjadi dalam beberapa hari dan menewaskan ratusan
prajurit, baik dari pihak pribumi maupun dari pihak Belanda. Di tengah-tengah
peperangan, hujan deras pun melanda dan seakan-akan ikut serta dalam
peperangan. Dan air hujan pun membawa dan mengalirkan darah para pejuang kita
yang menjadi saksi perjuangan mereka sehingga terlihat banyak air berwarna
merah dimana-mana. Maka dari situlah daerah tersebut dinamakan dengan
“Cibeureum”.
Setelah beberapa tahun lamanya, ditemukan berbagai peninggalan
sejarah diantaranya “Tugu Helm Lima” yang terdapat disekitar Hulu Sungai Citarum
yang menandakan semangat juang para pejuang terdahulu. Selain itu juga ada
“Patilasan Dipatiukur” dan banyak lagi peninggalan-peninggalan sejarah lainnya.
Selain peninggalan sejarah, Desa Cibeureum juga memiliki makanan khas yang
resepnya turun temurun dari nenek moyang yaitu kue “Ali Agrem”, “Apem”, “Uras”,
“Kue Lapis” dan lain-lain.
Desa Cibeureum merupakan pamekaran dari suatu daerah yang bernama
Kampung Cirawa Desa Nengkelan Kecamatan Pacet. Dikarenakan populasi penduduk
semakin tahun semakin melonjak, maka pada sekitar tahun 70-an dimekarkanlah
menjadi dua desa yang terdiri dari:
1.
Desa
Sukapura yang diketuai oleh Bapak H. Umar Said, yang dalam beberapa jangka
waktu lagi kembali dimekarkan menjadi 3 desa, antara lain Desa Sukapura,
Cihawuk dan resmi tinggal.
2.
Desa
Cibeureum. Desa ini pun sama mengalami pamekaran kembali karena faktor
pelonjakan jumlah penduduk, yaitu menjadi 5 desa, antara lain Desa Cibeureum,
Santosa, Tarumajaya, Cikembang dan Neglawangi. Dan kelima desa tersebut
membentuk sebuah kecamatan yang dinamakan dengan kecamatan “kertasari” yang di
resmikan pada tahun 1982.
Orang yang pertama kali memimpin dan menjabat sebagai kepala desa
di Desa Cibeureum adalah Bapak H. Muhammad Thoha. Setelah beliau berhenti
memimpin, maka di lanjutkan oleh para penerusnya antara lain Bapak H. Atun, H.
Asep Masrio, Didi Supendi, Ma’mur Mulyadi, Evi Nurtaupik Hidayat, dan yang
sekarang sedang memimpin adalah bapak Atep Ahmad Syarif Hidayat, S.Pd.I .
Sejarah yang telah ditulis dari awal sampai akhir masih dalam tahap
penyusunan. Dan para sesepuh desa Cibeureum sampai sekarang masih berupaya
untuk menyusun sebuah buku tentang Sejarah Desa Cibeureum secara terperinci.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar